Thursday 31 October 2013

Ar-Rahman

Allah Berfirman:
…. “Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat” (Al-Hijr: 56)

Allah yang telah menurunkan Al Quran melalui Malaikat Jibril kepada Rasullah dan mengajarkannya hingga kepada kita selama 14 abad lebih, terjaga dan terpelihara,

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (Al-Hijr:9)

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya hingga akhir jaman. Ayat pertama yang diterima Rasullaah Saw adalah surat Al ‘Alaq (1-5):
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya)”

Agar kita rajin membaca untuk mengetahui, mempelajari, memahami dan mengamalkan seluruh isi Al Quran.
Di dalam Al Qur’an terdapat AR-RAHMAN, Yang Maha Pengasih, merupakan surat ke 55. Ar-Rahman adalah nama dari salah satu sifat-sifat Allah (Asamul Husna), dan
Surat ini untuk mengingatkan manusia akan nikmat-nikmat Allah, yang telah begitu banyak diberikan-Nya, begitu berlimpah, hingga tidak terhitung jumlahnya. Agar manusia tidak mendustakan Rahmat-Nya, “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” kalimat ini diulang-ulang sebanyak 31 kali.
Mengapa ayat ini diulang-ulang, untuk mengingatkan manusia untuk tidak mendustakan Rahmat-Nya, yang telah diberikannya semenjak kita dalam rahim (kandungan) ibu kita, kita bernafas, jantung kita berdetak, kita bisa berlari dengan kaki kita, melihat, mendengar, memakai pakaian yang bagus-bagus, menikmati makan-makan yang halal yang berlimpah di atas bumi ini, tanpa pamrih atau tanpa meminta imbalan apapun atas semua Rahmat-Nya yang telah diberikanNya kepada kita. Inilah tanda kecintaan, kasih sayang Allah kepada kita.
Al Quran, bukan hanya terdapat hukum-hukum syariat dan peringatan-peringatan dari Allah Swt. tetapi juga segala sumber ilmu pengetahuan terdapat dalamnya, penciptaan alam semesta:
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bagunannya lalu menyempurnakananya. Dan dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang, dan bumi sesudah itu dihamparkannya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan, dan gunung-gunung di pancangkannya dengan teguh. Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu” (An-Naazi’aat, 27-33).

“Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari…..” (Al A’raf:54)

sedikit jumlah terjemahan atau tafsiran Qur’an yang mengingatkan bahwa kata “hari” harus difahami sebagai “periode”. Kata Yaum (jamak ayyam). Ayyam dapat berarti beberapa hari akan tetapi juga dapat berarti waktu yang tak terbatas, tetapi lama. Arti kata “yaum” sebagai periode juga tersebut di tempat lain dalam Qur’an:

“Dalam suatu hari yang panjangnya seribu tahun dari perhitungan kamu” (As Sajadah:5)

dalam ayat lain:

“Dalam suatu hari yang panjangnya lima puluh ribu tahun” .
(Al Ma’aarij:4)

Kita dapat mengetahui bahwa tahap-tahap penciptaan alam, Quran menunjukkan jarak waktu yang sangat panjang. Jadi tak ada pertentangan antara sains modern dengan konsep yang terdapat dalam Qur’an.
Manusia adalah mahluk Allah yang maha sempurna, karena diberikannya akal untuk berfikir dan menentukan yang baik dan yang buruk. Allah adalah satu-satunya dzat yang berhaq disembah dan tiada sekutu baginya, tidak punya mempunyai anak dan tidak diperanakkan.

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (ALLAH) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”
(Al-Ikhlas: 1-4)

Tujuan utama Allah menciptakan manusia adalah hanya untuk beribadah dan menyembah Allah. Allah menciptakan manusia tanah yang kering.
Allah berfirman:
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tak sempurna kejadiannya, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya,…” (Al Hajj: 5)

Teks Qur’an menarik perhatian kita tentang reproduksi, proses awal penciptaan manusia, yang dapat kita kelompokkan sebagai berikut:

(1) Setetes cairan yang menyebabkan terjadinya pembuatan (fecondation). Quran menyebutkan soal ini sebelas kali dengan memakai kata-kata yang dapat kita dapatkan dalam surat An-Nahl:4.
“Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata” (An-Nahl:4)

“Setetes sperma” atau “Nutfah” berasal dari akar kata yang berarti: mengalir;
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan?” (Al Qiyamah:37)

(2) Nidasi telur yang dibuahi dalam rahim. Telur yang sudah dibuahi dalam ronga rahim (cavum uteri). Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya villi yakni perpanjangan telur yang akan menghisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi pembesarnya telur, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan teluh falam rahim. Pengetahuan tentang ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.
“Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan” (Al-Hajj:5)

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat)” (Al Mu’minuun:14)

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah (sesuatu yang melekat)”
(Al Mu’’minuun:67)

“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah (sesuatu yang melekat) lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya.” (Al Qiyaamah: 37-38)

Perkembangan Embri di dalam rahim. hal-hal yang disebutkan oleh Qur’an sesuai dengan apa yang diketahui manusia tentang tahap-tahap perkembangan embrio dan tidak mengandung hal-hal yang dapat dikritik oleh sains modern.
Setelah “sesuatu yang melekat”, yaitu kata-kata yang telah kita lihat kebenarannya, Qur’am mengatakan bahwa embio melalui tahap: daging (seperti daging yang dikunyah) kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (diterangkan dengan kata lain yang berarti daging segar) .

“Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan sesuatu yang melekat itu segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia mahluk yang (berbentuk) lain. Maka mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik” (Al Mu’minuun:14)

Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa Arab mudlghah; daging (seperti daging segar) adalah terjemahan lahm. Perbedaan perlu digaris bawahi, embrio pada permulaannya merupakan benda yang nampak kepada mata biasa (tanpa alat), dalam tahap tertentu daripada perkembangannya, seperti daging dikunyah. Sistem tulang, berkembang pada benda tersebut dalam yang dinamakan “mesenhyme”. Tulang yang sudah terbentk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang dimaksudkan dengan “lahm”.
Dalam perkembangan embrio, ada beberapa bagian yang muncul dan tidak seimbang proprsinya dengan yang akan menjadi manusia nantinya, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang.
Qur’an juga menyebutkan munculnya pacaindera dan hati (perasaan, af-idah), juga jenis kelamin.

“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkannya ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati” (As Sajadah:9)

“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani apabila terpancar” (An Najm: 45-46)

“lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan”
(Al Qiyamah:39)

Lebih seribu tahun sebelum zaman tersebut, di mana doktrin-doktrin khayalan masih mendapat pengikut, manusia sudah diberi Al Qur’an oleh Allah Swt. Pertanyaan-pertanyaan Qur-an mengenai reproduksi manusia menjelaskan hal-hal sederhana yang manusia memerlukan berabad-abad untuk menemukannya, sedangkan semua itu ada dalam Al Qur’an.

Selain menciptakan manusia, Allah terlebih dahulu menciptakan Jin.
“Dan Kami menciptakan Jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”
(Al Hijr: 27)

Jin pada awalnya adalah salah satu dari maikat Allah juga, karena dia sombong tidak tunduk ketika Allah memerintahkan untuk tunduk hormat kepada Adam As. maka Allah melakhnatnya dan memberinya gelar Iblis karena kesombongannya, dan diperintahnya untuk keluar daru surga.
“Lalu para malaikat itu bersujud semuanya. Kecuali Iblis; ia menyombongkan dirinya dan ia termasuk golongan yang kafir. (Allah) berfirman: “Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaanKu. Apakah kamu menyombongkan diri atau (kamu) merasa termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”. (Iblis) berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (Allah) berfirma: “kalau begitu keluarlah kamu dari surga! Sesungguhnya kamu adalah mahluk yang terkutuk!”. Dan sungguh, kutukanKu tetap atasmu sampai hari pembalasan”. (Shad: 73-78)

Dan sesungguhnya di antara Jin ada juga yang sholeh dan ada juga yang kafir, sama seperti manusia (Al Jinn:11).
Karena itulah dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa Dia mencipta-kan dua surga, untuk manusia dan Jin.

“Dan bagi siapa yang takut akan saar menghadap Tuhan-nya ada dua surga” (46)
“Kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan”(48)
“Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang terpancar” (50)
“Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan” (52)
“Dan selain dua surga itu ada dua surga lagi”(62)
“Kedua surga itu (kelihatan hijau tua warnanya” (64)
“Di dalam keduanya (surga itu) ada dua buah mata air yang memancar” (66)

Setelah menelaah, menghayati, sudah saatnya bermusabah, menghisab diri kita sendiri, apakah kita termasuk bagian dari orang-orang yang mensyukuri atasi nikmat, rahmat Allah yang begitu banyak dan berlimpah. Atau kita bagian dari orang-orang yang mendustakan atau mengkufuri nikmat dan rahmat Allah ini.
Tulisan ini hanya baru pada tahap proses penciptaan manusia. Kita dari yang tidak ada, menjadi ada, dilimpahi dengan begitu banyak rizki dan rahmat Allah. Karena Allah begitu sayang pada kita. Dia tidak mencabut atau mengurangi rezki dan nikmatnya walaupun kita telah mengingkari, mendustakan nikmat-nikmatnya tanpa kita sadari, sering merasa bahwa Allah tidak adil pada kita, karena kita diberi ujian yang sangat sedikit dibandingkan dengan rahmat dan rahmatNya pada kita, setiap detik, menit, jam, hari dan berbulan-bulan dan bertahun-tahun kita nikmati.

“Sesungguhnya, Kami benar-benar akan Menguji kami, sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu” (Muhammad:31)

Dan apa bila kita mensyukuri semua nikmat dan rahmat Allah niscaya Dia akan menambahkannya.

“Wahai orang-orang yang beriman! ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu…” (Al Ahzab: 9)

Ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. karena dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki kita.
Apakah kita mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedangkan kaki acapkali menjadi bengkak bila dipergunakan jalan terus menerus tiada henti.
Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita mana kala tertudur lelap, ketika sanak saudara kita masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang menggangu.
Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua tangan, dua kaki. Apakah kita ingin menukar mata kita dengan emas sebesar gunung, atau menjual pendengaran dengan seharga perak satu bukit? Apakah kita akan mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah kita, hingga kita bisu? maukah kita menukar kedua tangan kita dengan untaian mutiara, sementara tangan kita buntung? Begitulah kita sebenarnya berada dalam kenikmatan tiada tara.
Acapkali kita memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita lupa mensyukuri yang sudah ada. Janganlah kita mendustakan dan mengikari nikmat Allah yang telah diberikan pada kita.

“Dan, pada dirimu sendiri. maka, apakah kamu tidak memperhatikannya” (Adz-Dzariyat:21)
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengikarinya
(An-Nahl: 83)

Mari kita mensyukuri yang telah ada pada kita, karena Allah memberikannya secara Cuma-Cuma dan teramat mahal jika kita ingin membayarnya. Bahkan dengan emas seisi bumi pun tidak akan sanggup kita menggantikan atau membayarnya.

“Maka Nikmat Tuhamu manakah yang kau dustakan?” (Ar-Rahman)

“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (Ibrahim:34)


Sumber:
- Al Qur’an dan terjemahannya
- Bible, Qur’an dan Sains Modern (La Bible, Le Coran et La Science) penerbit Bulan Bintang tahun 1978 – Dr. maurice Bucaille
- La Tahzan, Qitshi Press – Dr ‘Aidh Al Qarni.

No comments: